ditulis oleh Marcel Josojuwono, 2 Agustus 2020
“Good morninggg!”
Di pagi hari tersebut ternyata sang kekasih pun sudah mencari. Selanjutnya seharian pun chatting itu terus berlanjut. Hingga pada malam hari rasanya belum bisa tidur apabila belum menelponnya. Begitulah gambaran pasangan yang baru “jadian” tersebut. Kalau kuota internet habis, bayar pun tidak masalah. Kalau tidak ada sinyal, nelpon di depan pun oke. Ada satu keinginan luar biasa untuk ngobrol terus tanpa adanya beban.
Akan tetapi coba bandingkan apabila “Good Morning” itu datang dari atasan anda. Pagi hari sudah ditanya kerjaan, seharian pun bicarain kerjaan dan apabila hingga malam diminta laporan cepat. Rasanya pasti anda ingin buat alasan wifi sedang rusak. Begitu berbedanya ketika suatu komunikasi itu didasarkan atas kewajiban.
Komunikasi Dasar yang Jadi Kewajiban
Dalam suatu hubungan, baik itu antara kekasih, teman atau rekan kerja, komunikasi itu adalah hal yang di-expect dan tidak bisa dihindari. Terlebih lagi antara hubungan kita dengan Tuhan. Komunikasi lewat doa merupakan hal mendasar yang sudah seharusnya menjadi bagian dalam kehidupan keseharian orang percaya.
Komunikasi lewat doa merupakan hal mendasar yang sudah seharusnya menjadi bagian dalam kehidupan keseharian orang percaya
Apabila kita lihat kalimat pembuka dari ajaran Yesus mengenai doa di Matius 6 dalam versi bahasa Inggris, Dia tidak berkata if you pray (jika kamu berdoa), melainkan menggunakan kata when you pray (ketika kamu berdoa). Hal ini berarti ketika Yesus mengajar mengenai doa, Dia sudah menganggap bahwa doa itu seharusnya sudah menjadi bagian hidup anda, bukannya maybe yes maybe no.
Ironisnya meskipun doa itu merupakan komunikasi dasar antara kita dan Tuhan, seringkali kita memposisikan kehidupan doa kita seperti komunikasi dengan atasan. Ada motivasi yang didasari dengan kewajiban bahwa sebagai orang percaya aturan mainnya adalah kita harus berdoa. Akibatnya tidak heran berat sekali rasanya untuk berdoa dan begitu banyak alasan pun dibuat untuk menghindar.
Seringkali kita memposisikan kehidupan doa kita seperti komunikasi dengan atasan
Membangunkan Rasa Ingin yang Terpendam
Di dalam diri setiap anda, ada satu keinginan mendalam untuk berdoa yang mungkin saat ini anda tidak sadari. Ketika anda lahir baru, Roh Kudus yang berada di dalam diri anda juga merupakan Roh yang selalu ingin terhubung dengan Allah Bapa.
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan
Roma 8:26
Jadi bagaimana caranya untuk berpindah dari kewajiban dan membangunkan rasa ingin untuk berdoa? Serahkan diri anda kepada Roh Kudus, dan biar Dia yang menuntun anda untuk berdoa. Minta Dia untuk menunjukkan kepada anda rasa lapar untuk mencari Allah. Biarlah Dia yang membawa anda untuk merasakan betapa exciting untuk berkomunikasi dengan doa.
Semoga kehidupan doa anda menjadi suatu petualangan yang tidak terlupakan dalam proses membangun hubungan dengan Tuhan. Amin!
Sparks! merupakan sarana renungan kristen yang bertujuan untuk memperlengkapi kehidupan saat teduh setiap orang percaya. Sparks! akan membagikan konten renungan dalam berbagai topik mulai dari doa, iman, keselamatan, kasih, komunitas, keluarga, dan masih banyak lagi. Jika setelah membaca artikel ini anda tergerak untuk berkontribusi melalui wadah ini, anda dapat menghubungi kami melalui email ke daylightworks@gmail.com.