ditulis oleh Marcel Josojuwono, 9 Februari 2020
Belum lama ini saya sedang mengikuti film seri komedi lama yang menceritakan mengenai kehidupan keluarga yang disfungsional. Salah satu lelucon yang sering diangkat adalah mengenai bagaimana sepasang kekasih tersebut sangatlah berbeda ketika sudah menikah selama beberapa tahun. Meskipun selalu tertawa dengan lelucon tersebut, saya pun terkadang berpikir apakah mungkin kasih saya nantinya demikian? Apakah mungkin ternyata kasih kita kepada seseorang dapat memudar?
Saya pun jadi teringat dengan suatu ayat di Wahyu 2:4, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”
Meskipun pesan ini terkesan sangat keras, yang lebih mengejutkan sebenarnya berada pada beberapa ayat sebelumnya. Pesan ini bukan ditujukan kepada jemaat yang baru saja percaya. Sebaliknya, teguran ini ditujukan kepada jemaat di Efesus yang sudah senantiasa mengikut, melayani, bahkan dengan teguh menderita membela nama Yesus!
Setelah membaca ayat ini saya pun langsung terdiam karena ternyata jangankan kasih terhadap sesama manusia, bahkan kasih kita kepada Tuhan saja pun dapat memudar. Saya pun juga jadi tertegur karena beberapa waktu belakangan ini saya merasa burn out dan serasa kehilangan passion untuk datang kepada Tuhan. Setiap hari saya berusaha untuk membaca alkitab, akan tetapi hanya sekedar membaca saja. Saya pun melayani di gereja, tetapi hanya sekedar menjalankan tugas semata. Saya pun jadi bertanya apakah sama seperti jemaat Efesus tersebut, kasih saya kepada Tuhan sudah meredup? Apakah masih mungkin untuk “menghangatkan” kembali kasih yang sudah mulai dingin?
Apakah masih mungkin untuk “menghangatkan” kembali kasih yang sudah mulai dingin?
Jika anda seperti saya, saya ingin mengajak anda untuk merenungkan tiga hal yang dapat dilakukan untuk bisa memulai kembali kasih yang mulai menjauh dari Tuhan.
1. Nostalgia Momen Manis
Salah seorang teman saya pernah bertanya, “Apa sih momen paling manis yang pernah lu lalui bersama Tuhan?”. Pertanyaannya simpel tetapi sebenarnya sangatlah dalam. Coba renungkan betapa baiknya Tuhan selama kehidupan anda. Bukankah ketika mengingat hal yang tersebut membuat anda kembali teringat pada-Nya?
Bukan suatu kebetulan bahwa frase “Ingatlah akan kebaikan Tuhan” terus muncul di alkitab. Bahkan setelah menyeberangi sungai Yordan, Yosua menyuruh kepada bangsa Israel untuk membuat suatu batu peringatan sebagai pengingat mereka akan mujizat Tuhan (Yosua 4:4-9). Bagi saya ada hal yang ketika saya lihat atau dengar, membuat saya teringat kepada kebaikan Tuhan dalam beberapa musim hidup yang saya lalui. Ketika mengingat itu saya pun menjadi rindu untuk menyaksikan sekali lagi kebaikan Tuhan.
Inti dari poin ini adalah ingatlah akan kebaikan Tuhan sebab itulah yang seharusnya membuat anda kembali rindu kepadanya. Mulailah untuk bertanya kembali, “Mengapa saya jatuh hati kepada Tuhan?”
2. Intensional Untuk Kembali
Pernahkah anda menonton suatu adegan di film dimana sang tokoh memberanikan diri untuk memulai percakapan dengan mantan kekasihnya? Topiknya biasa sangat awkward, akan tetapi biasa itu langkah awal untuk membangun kembali hubungan mereka.
Sama seperti itu, dibutuhkan satu intensi dari diri anda untuk datang kepada Tuhan dan memulai kembali percakapan pribadi dengan Dia. Pada perumpamaan anak yang terhilang, sang anak tersadar dan memutuskan untuk kembali pulang kepada Bapaknya (Lukas 11: 17-18). Akan tetapi apa yang terjadi ketika dia memutuskan untuk kembali? Sang Bapa berlari, memeluk dia, dan dengan terbuka menerimanya kembali.
Mungkin anda saat ini merasa sudah terjatuh terlalu dalam dan merasa tidak layak untuk kembali. Akan tetapi ingatlah bahwa anda tidak mungkin terlalu jauh sehingga Tuhan tidak dapat menjangkau anda.
Anda tidak mungkin terlalu jauh sehingga Tuhan tidak dapat menjangkau anda
3. Memulai vs Membangun Kembali
Satu hal yang anda harus ingat bahwa memulai kembali tidak sama dengan membangun kembali. Setelah anda mengambil langkah pertama, hal tersulit adalah untuk mempertahankan momentum tersebut. Dibutuhkan suatu usaha untuk dapat membangun kembali, bahkan jika diperlukan anda harus membangun kembali fondasi yang tidak kokoh.
Pada Wahyu 2:5, Tuhan memperingatkan “ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Hal ini berarti kita harus selalu waspada meskipun ketika sudah kembali kepada-Nya. Anda harus waspada mengapa kasih anda sebelumnya dapat pudar. Anda pun seharusnya menjadi sadar akan keterbatasan seorang manusia untuk mengasihi. Bahkan untuk mengasihi Tuhan saja kita memerlukan Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita!
Ketika kita sadar akan kebaikan Tuhan ini, maka seharusnya membuat anda semakin penasaran kepada-Nya. Motivasi anda untuk bangun dan datang kepada-Nya pun bangkit dari suatu kerinduan untuk mengenal-Nya lebih dalam.
Jadi bagaimana dengan anda? Apakah kasih anda kepada-Nya sudah mulai memudar? Apakah motivasi kasih dan pelayanan anda sudah berbeda dengan ketika anda memulai? Mulailah mengambil langkah dan sediakan waktu khusus untuk berkomitmen kembali. Saya berharap semoga Cinta Lama Bersemi Kembali dan bahkan masuk kedalam suatu passion yang lebih dalam dari sebelumnya.
….
Sparks! merupakan sarana renungan kristen yang bertujuan untuk memperlengkapi kehidupan saat teduh setiap orang percaya. Sparks! akan membagikan konten renungan dalam berbagai topik mulai dari doa, iman, keselamatan, kasih, komunitas, keluarga, dan masih banyak lagi. Jika setelah membaca artikel ini anda tergerak untuk berkontribusi melalui wadah ini, anda dapat menghubungi kami melalui email ke daylightworks@gmail.com.